http://i55.tinypic.com/1262osp.jpg Meneladani Hijrah Nabi Ibrahim AS

ADI AGEN RESMI CMP

ADI AGEN RESMI CMP

Kamis, 24 Maret 2011

Meneladani Hijrah Nabi Ibrahim AS


Pada era yang sudah mengglobal, merantau atau hijrah, hampir menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari. Apalagi bepergian dari satu tempat ke tempat lain saat ini sangatlah mudah. Berbagai sarana transportasi terjangkau bisa didapatkan, sehingga setiap orang bisa melakukan bepergian dengan mudah.
Dalam ajaran Islam, hijrah atau bepergian bukan sesuatu yang dilarang. Bahkan sejak zaman Nabi Adam, hijrah sudah ada. Hijrah atau bepergian bahkan menjadi bagian dari cara Nabi Muhammad SAW untuk melakukan dakwah, dan melakukan pembelaan diri dari ancaman lawan-lawan dalam menyebarkan ajaran Allah SWT.
Nabi Ibrahim AS juga melakukan hijrah, ketika mengembangkan agama Allah, dan membangun keturunan serta kehidupan yang lebih baik. Kemusyrikan yang merajalela di negeri yang dipimpin Raja Namrud, mengharuskan Ibrahim untuk memboyong istrinya ke negeri lain, yang kelak menjadi Tanah Haram, yakni Mekkah Almukarromah, atau Arab Saudi saat ini. Saat itu, Mekkah hanya sebuah wilayah tandus, dan tidak berpenghuni, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan Raja Namrud.
Dalam QS Ibrahim ayat 37, tampak jelas pengorbanan Nabi Ibrahim dalam membangun kehidupan keluarga yang lebih baik, jauh dari kemelaratan dan kemaksiatan. Dalam surat tersebut Nabi Ibrahim berkata ‘’Ya Tuhan kami, seseunguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat…(Ibrahim 14 :37).
Pelaksanaan hijrah Nabi Ibrahim memberikan pelajaran bagi umat Islam untuk tidak pernah patah arang, dalam berusaha memperbaiki kehidupan keluarga. Jika di dalam negeri atau di tempat tinggal seseorang merasa tidak bisa membangun keluarga yang lebih baik, Nabi Ibrahim telah memberi contoh pentingnya seseorang hijrah, berpindah atau merantau ke negeri lain. Alasan hijrah memang bukan hanya soal kehidupan materi yang berlimpah, namun membangun kehidupan yang diridloi Allah.
Dalam mendidik anak, setiap keluarga juga bisa meneladani prinsip hijrah yang dilakukan Nabi Ibrahim. Setiap anak yang lahir adalah suci., sehingga setiap keluarga harus juga menjaga kesucian termasuk melakukan hijrah dalam pengertian yang lebih luas, yakni bukan hanya hijrah secara fisik namun juga mental. Perlu dipahami bahwa apa yang didengar dan dilihat seorang anak akan memberikan pelajaran bagi kehidupannya di kemudian hari. Oleh karena itu, sangat beralasan jika setiap keluarga menjaga pendengaran dan penglihatan anak-anaknya dari pengaruh buruk, yang bisa menyesatkan masa depannya.
Bila anak sudah remaja, perhatikan pergaulannya. Jangan biarkan berdekat-dekatan dengan dunia hiburan malam. Kalau perlu pilihlah pendidikan pesantren, karena pertumbuhan iman dan akhlak membutuhkan lingkungan yang kondusif. Jauhi godaan yang akan menjermuskannya. ‘’…dan jauhilah (berhijrahlah) mereka dengan cara yang baik. (Al Muzamil 73:10).
Jangan sampai orangtua terlambat melakukan hijrah, karena anak dan masa depan keluarga akan bergantung pada kemauan untuk hijrah tersebut. Keberanian Nabi Ibrahim untuk hijrah ke tempat yang tidak didiami orang lain, tentu menjadi teladan bagi umat Islam untuk tidak pantang menyerah dalam memperbaiki kehidupan keluarganya. *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar